NANG NAYOKO AJI
Aku terlahir dengan nama NAYOKO AJI, nama panggilan Aji, sewaktu kecil dipanggil Nanang. Jangan salah eja ya, Nayoko itu kosa kata asli Jawa, kalau salah eja dikira aku berasal dari Jepang. Nayoko dalam bahasa Jawa berarti punggawa / duta. Ingatkan kalau di cerita-cerita kerajaan Jawa ada istilah Nayoko Projo, yang berarti Punggawa Kerajaan. Kalau Aji dalam bahasa Jawa bisa berarti yang paling berharga / utama / andalan. Jadi Nayoko Aji berarti punggawa yang utama.
Aku anak ke-3 dari 8 bersaudara. Bapak dan Ibu sama-sama pensiunan Kepala SD. Bisa dibayangkan Bapak Ibu yang sewaktu kami anak-anaknya masih kecil-kecil berprofesi sebagai guru SD dan mempunya banyak anak, tentu sudah terbiasa dididik disiplin, mandiri dan bertanggungjawab. Hal itu yang membuat saya bersyukur bisa dilahirkan ditengah-tengah keluarga Bapak Ibu.
Masa kecil sampai Lulus SMA tinggal bersama orang tua di Kelurahan yang juga merupakan Kota Kecamatan Ngawen Kabupaten BLORA. Setelah lulus SMA keluar dari Kota Blora untuk kuliah dan bekerja. Awal kuliah di Semarang lalu melanjutkan di Solo / Surakarta. Sewaktu kerja juga berpindah-pindah kota. Awal kerja di Kendal. Kemudian pernah merantau ke Padang Sumatra Barat, kemudian balik lagi ke Semarang. Lalu dipindah tugas kerja ke Yogyakarta, dipindah lagi ke Semarang. Setelah itu dipindah tugas lagi ke Cirebon sampai tempat kerja ada masalah sehingga resign dan balik lagi ke Semarang sampai sekarang.
Dari kecil aku tidak punya cita-cita secara spesifik mau jadi apa, karena pernah dengar dan membekas di hati bahwa semua cita-cita itu bagus, intinya yang terbagus itu kita bisa menjadi bermanfaat pada orang lain disekitar kita. Keinginanku selalu diberi kekuatan Iman Islam, kelancaran berfikir dan keberkahan rizki.
Aku sadar, menjadi kaya itu perlu, karena dengan kekayaan kita bisa membantu banyak orang. Dunia ini sarana, sedang akherat adalah tujuan. Jadi sarana / dunia ini juga penting buat mencapai tujuan / akherat, asal jangan sampai mencari sarana / dunia lupa tujuan / akherat. Bagaimana bisa membantu banyak orang kalau kita punya sarana / dunia / kekayaan tapi lupa tujuan / akherat. Jadi ikthiarku menjadi yang terbaik, masalah hasil kuasa dari Allah asal kita tidak lupa bersyukur dan bersabar.
Jiwaku ingin selalu ungkap kebenaran dan keadilan. Suka beropini untuk kebaikan. Suka memperhatikan kebijakan publik yang berdampak langsung pada sosial masyarakat. Pengalaman dari kecil yang mendorong suka kejujuran, ikhlas menerima segala nasib dan keadaan, tidak suka ribut dan ribet.
Namun di kenyataan hidup ini tidak sesederhana keinginan-keinginan itu. Banyak peristiwa-peristiwa yang berliku dan terharu biru. Mungkin semua yang telah terjadi pada hidupku adalah sebuah pelajaran yang berharga. Untuk tegar, tabah, sabar, dan ikhlas adalah kunci dalam menghadapinya. Sebetulnya semua keluh kesah susah untuk dicurahkan dan sulit untuk dijelaskan.
Aku tidak mau terus berlarut dalam kesedihan, kekosongan, kehampaan, dan ketakutan. Aku harus mampu bertahan walau menyakitkan dan menyiksa diriku sendiri. Semua ini adalah “Takdir” yang harus kujalani, bahkan aku tidak bisa mengelak dan menjauhi takdir, karena seseorang memiliki takdir yang berbeda beda. Dan aku pun tahu setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Aku harus berjalan mengiringi waktu dengan penuh kehati-hatian, mencoba untuk selalu introspeksi diri, bercermin diri agar tidak ada penyesalan di akhir nanti. Dan tidak lupa bahagia tentunya, karena bahagia bukan milik dia yang hebat dalam segalanya, namun dia yang mampu temukan hal sederhana dalam hidupnya dan tetap bersyukur. Bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup, bahkan ketika berkekurangan. Jangan berharap lebih sebelum berusaha lebih. Duhai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami diatas agama-Mu.
SAAT AKU HARUS BERLALU...
Aku tidak peduli dengan bayangan yang mengganggu jiwaku...
Aku tidak peduli dengan peristiwa yang menimpaku...
Aku berteriak, melepas beban yang melekat di jiwa
Aku tersenyum, untuk luka yang menyakitiku
Aku harus melangkah, menjauh...
Jangan hanya terdiam, tak melakukan apa
Tak guna sesal, apalagi air mata
Waktu yang berlalu, kuraih makna
Aku mendengar apa yang seharusnya tidak aku dengar...
Aku melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat...
Aku terpukul duka di dada...
Aku tergores luka di jiwa...
Detik menit jam dan hari yang dulu terjadi adalah sebuah saksi bisu
Senyuman dan tangisan adalah bumbu dari semua itu
Do’aku harapanku, sepanjang waktu
Jadi lebih baik, itu tekatku
“Jangan terlalu bergantung pada siapa pun di dunia ini. Bahkan bayanganmu pun akan meninggalkanmu saat kamu tengah berada di kegelapan.” (Ibnu Tarmiyah)
__&&&__
Nang Nayoko Aji nama penaku, NAYOKO AJI nama asli pemberian orangtuaku.
Moestakim nama bapakku (Almarhum).
Sri Moestakim, ibukku yang semoga sehat selalu.
Puji Hastutik, istri yang segalanya bagiku.
Muthia Aulia Rahmah dan Muhammad Hanif Maulana, qurrota a’yun harapanku.
Menjadi lebih baik itu motto hidupku.
https://www.facebook.com/nangnayoko.aji/about ( )
https://instagram.com/nangnayoko ( )
https://twitter.com/nayokoaji ( )
https://nangnayokoaji.blogspot.com/?m=1 ()
https://www.youtube.com/channel/UCZ1i8_s8kGF-Dea3lA2uZdQ ()
Komentar
Posting Komentar