Langsung ke konten utama

Sekali Ditinggal Bapak, Dua Kali Bapak Meninggal

Oleh : Nang Nayoko Aji
Lama tidak ada kabar bapaknya,  membuat Yanto merasa jengkel, benih kejengkelannya bertambah ketika Emaknya menjanjikan khitanan Yanto nunggu bapaknya pulang. "Di benakku sudah tidak peduli dengan seseorang yang mungkin akan peduli kepadaku, aku sudah tidak bisa menggambarkan sosok seorang bapak".
 
“Assalamu‘alaikum, Mak Salamah.... Mak Salamah.... ” Bu Arifah tampak keburu mencari Mak Salamah.
 
Sudah jelang Maghrib rumah Mak Salamah masih kosong. Mak Salamah dan Yanto masih sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Mak Salamah baru jalan pulang dari kebun, dengan membawa hasil panen untuk dijual ke pasar esok hari. Sementara Yanto baru menggiring itiknya yang masih di sungai untuk diarahkan pulang ke kandangnya.
 
Bu Arifah mondar mandir sampai masuk rumah Mak Salamah. Setelah Mak Salamah sampai rumah, agak terkejut ada Bu Arifah didalam rumah. Bu Arifah segera mengucapkan salam, lalu menyampaikan kabar yang mengagetkan Mak Salamah.
 
“Apa???... ” Mak Salamah seolah tak percaya sama berita dari Bu Arifah.
 
“Innalillahi,,, “ lanjutnya sesaat.
 
“Bapaknya Yanto kan merantau ke luar kota, nopo leres niku Kang Karyo?” Mak Salamah masih belum percaya.
 
“Besuk Mak Salamah ikut ke Rumah Sakit bareng saya” Bu Arifah menyarankan dan menawarkan tumpangan. “Berangkat jam 6 pagi ya Mak” lanjut Bu Arifah. Selesai menyampaikan berita itu, Bu Arifah tergesa berpamitan pada Mak Salamah karena sudah tiba adzan Maghrib.
 
Bu Arifah, tetangga Mak Salamah yang bekerja di RSUD Kota Kabupaten mengabarkan ada lelaki tanpa identitas kurban tabrak lari bus yang wajah dan perawakannya mirip sama Pak Sukaryo suami Mak Salamah. Lelaki itu siang tadi dimasukkan di RSUD, dan Bu Arifah ikut merawat.
 
 __&&&__ 
 
“Yanto, Mak berangkat ke RSUD sama Bu Arifah, telur itik nanti jual saja, bisa buat keperluanmu, uang Mak bawa semua kalau-kalau diperlukan di Rumah Sakit” Mak Salamah berpamitan pada Yanto.
“Baik Mak, hati hati Mak!” Yanto mencium tangan Mak Salamah sambil mengantar sampai depan rumah. Setelah itu seperti biasa, Yanto segera menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum berangkat ke sekolah.
 
Yanto termenung sesaat teringat bapaknya. Kesunyian pagi, hanya kokok ayam jantan dan kotekan ayam betina mau bertelur yang meramaikan suasana. Dengan kokokan dan kotekan ayam itu yang menambah suasana hati dan perasaan Yanto makin tidak menentu.
 
Di ruang ICU RSUD Mak Salamah memperhatikan Lelaki kurban tabrak lari bus itu. Diperhatikan mukanya lebam-lebam dan sisi sebelah kanan ada luka, memang ada kemiripan sama Sukaryo suaminya. Diperhatikan perawakan tubuh, kaki dan warna kulitnya sama persis dengan suaminya. Mak Salamah jadi galau. Untuk menenangkan, dimantapkan hati Mak Salamah kalau Lelaki itu suaminya. Mungkin karena mukanya lebam jadi tidak seperti wajah Kang Karyo biasanya, begitu batin Mak Salamah. Sejak masuk RSU kemarin Lelaki tanpa identitas itu sudah dalam keadaan pingsan dan divonis gegar otak.
 
Bu Arifah menyusul ke ruang ICU untuk menemui Mak Salamah. Sambil melihat kondisi Lelaki kurban tabrak lari bus itu, Bu Arifah menanyakan kepastian siapa Lelaki itu pada Mak Salamah.
 
“Benarkan itu pak Sukaryo Mak?” Bu Arifah minta kepastian sama Mak Salamah.
 
“I... iiya bu, itu suami Mak” Jawab Mak Salamah masih dengan keraguan sambil memantapkan hati.
“Malam ini saya nunggu ‘bapaknya Yanto’ dulu bu, besuk baru pulang kasih kabar dan menyiapkan keperluan Yanto selama saya tinggal”.
 
“Ya sudah, Mak Salamah yang tabah ya, nanti saya bantu klaim asuransi buat biaya Rumah Sakit dan nanti sore saya tengok Yanto dan menyampaikan kalau Mak belum bisa pulang malam ini”
 
Mak Salamah masih kelihatan bingung dan sedih. Di ruang tunggu ICU Mak Salamah tidak tidur. Mak Salamah gunakan waktunya untuk shalat tahajut, banyak-banyak berzikir dan mendoakan suaminya. Jelang tengah malam, Lelaki itu kritis, Mak Salamah dipanggil Perawat jaga. Lelaki itu sekarat dan akhirnya tidak tertolong, Mak Salamah menbantu mentalkin, menuntun bacaan kalimat Tauhid.
 
“Innalillahi wa inna ilahi rojiun” Mak Salamah pasrah sambil terus menerus berdo’a.
 
Yanto sangat terpukul, merasa kenapa bapaknya pulang-pulang dalam keadaan meninggal.
 
“Itu bapak sudah meninggal Mak?
 
“Kenapa bapak meninggal duluan Mak?
 
Yanto masih kangen bapak Mak” Yanto menangis sambil menemui Mak Salamah.
 
“Berserah diri pada Allah dengan ketentuann-Nya atau kita mau Allah melayani dengan ketentuan kita? Tentu saja ketentuan-Nya akan lebih baik. Apa yang kita sukai belum tentu baik buat kita, demikian juga sebaliknya” Dengan bersedih dan memeluk Yanto Mak Salamah masih bisa menasehati Yanto.
Sampai Jenazah dikuburkan, tetangga semua meyakini kalau Jenazah itu Jenazah pak Sukaryo suami Mak Salamah. Bu Arifah menepati janji membantu mengurus klaim asuransi untuk biaya Rumah Sakit.
 
__&&&__
 
Dua tahun berlalu, di suatu sore saat Yanto duduk-duduk di teras rumah. Tiba-tiba......
 
“Assalamu‘alaikum, Yanto....”
 
Yanto terpaku sejenak menatap Lelaki paruh baya yang sangat mirip pak Sukaryo bapaknya.
 
“Waalaikum salam” Agak ketakutan Yanto menjawab salam sambil langsung lari ke belakang mencari Emaknya.
 
Lelaki paruh baya itu jadi heran, ada apa dengan Yanto?
 
“Mak... Mak.. Mak...” Yanto lari sambil panggil-panggil emaknya.
 
“Ada apa Yanto? teriak-teriak keras sekali!”
 
“Ada orang mirip bapak didepan Mak!”
 
Mak Salamah bergegas kedepan. Terkejut juga melihat orang mirip “almarhum” suaminya. Ragu, apa betul itu suaminya masih hidup? “Sinten nggih?” Mak Salamah mencoba menanyakan identitas tamunya.
 
“Sinten piye Mak ???! Iki Sukaryo bojomu” jawab lelaki itu tambah heran dan bingung.
 
Sejenak saling heran dan bingung. Sedikit keyakinan dalam diri Mak Salamah bahwa itu benar Kang Karyo suaminya setelah memperhatikan betul tamunya. Untuk semakin meyakinkan diri sendiri, akhirnya Mak Salamah mengajak tamunya saling bicara mengenai hal-hal yang hanya Mak Salamah dan Pak Sukaryo berdua yang tahu. Atas kecocokan pembicaraan itulah Mak Salamah makin yakin kalau tamunya itu adalah Sukaryo suaminya sendiri.
 
“Ini bapakmu Yanto, yang meninggal kemarin orang lain, sini... “ Mak Salamah meminta Yanto mendekati bapaknya. Mereka berangkulan dan sampai menangis bertiga.
Mereka bertiga saling bercerita sampai menjelang Maghrib. “Kita shalat maghrib berjamaah di rumah dulu ya, cerita kita lanjut nanti!” kata pak Sukaryo.
 
Selesai shalat Maghrib dan berdo’a, Yanto bersalaman dan mencium tangan bapaknya. Seperti kebiasaannya dulu, pak Sukaryo membalas dengan mencium kening dan kedua pipi Yanto. Dengan bacaan shalat tadi dan ciuman dari pak Sukaryo, sekarang Yanto makin yakin kalau lelaki didekatnya adalah pak Sukaryo bapaknya.
 
__&&&__
 
Hanya 3 tahun Yanto merasa bahagia dengan hadirnya bapak kembali, saat ini kondisi pak Sukaryo sakit-sakitan. Kawatir sakit bapaknya makin parah, Yanto membawa Pak Sukaryo berobat inap di Rumah Sakit. Pak Sukaryo menjalani rawat inap di RSUD Kota Kabupaten tempat Bu Arifah bekerja. Di RSUD itu Pak Sukaryo dirawat di ICU.
 
Mak Salamah dan Yanto bergantian untuk jaga pak Sukaryo rawat inap. Lik Taripin, adik dari pak Sukaryo hampir tiap hari juga bezuk, kadang-kadang saja ikut inap jaga. Di ruang tunggu ICU ini, mengingatkan Mak Salamah sewaktu menunggu lelaki kurban tabrak lari bus yang dikira Kang Karyo suaminya.
 
Satu bulan sudah Pak Sukaryo rawat inap di RSUD Kota Kabupaten, hingga suatu hari sewaktu fajar menjelang Subuh, Yanto yang kebetulan saat itu jaga dengan Lik Taripin dipanggil perawat jaga. Kondisi Pak Sukaryo drop. Melihat kondisi bapaknya sakaratul maut, Yanto mentalkin pak Sukaryo. Sesaat kemudian pak Sukaryo menghembuskan nafas terakhir, Innalillahi wa innailahi rojiun. Lik Taripin mengusap wajah dan menutup mata pak Sukaryo.
 
Selesai shalat Shubuh, Yanto telepon rumah Bu Arifah untuk titip menyampaikan pesan pada Mak Salamah. Pagi ini Bu Arifah sengaja tetap masuk kerja dulu sambil membantu Yanto menyelesaikan administrasi. Membantu untuk proses pemulangan jenazah agar disegerakan. Setelah itu baru ijin pulang untuk ikut takziyah.
 
Prosesi pemberangkatan pemakaman Pak Sukaryo dimulai ba’da dhuhur. Pak RT yang membawakan acara sekaligus memberi kata sambutan kemudian mempersilahkan pada Pak Ahmad modin Desa untuk menyampaikan prosesi inti pemberangkatan jenazah. Yanto yang semula tegar ikut berkaca-kaca sewaktu pak Ahmad menyampaikan do’a buat almarhum Pak Sukaryo.
 
Selamat tinggal bapak, maafkan Yanto yang pernah jengkel pada bapak, semoga bapak Husnul Khotmah, Aamiiin... Aamiiin... Aamiiin... Ya Rabbal Alamin.
 
__&&&__ 
 
Nang Nayoko Aji, terlahir dengan nama NAYOKO AJI di Blora Jawa Tengah nama panggilan Aji, sewaktu kecil dipanggil Nanang. Sering karena banyak teman yang namanya juga Aji jadi dipanggil Nayoko. Masa kecil sampai Lulus SMA tinggal bersama orang tua di Kelurahan yang juga merupakan Kota Kecamatan Ngawen Kabupaten BLORA. Menyelesaikan pendidikan TK, SD, SMP di Ngawen, SMA di SMAN 1 Blora tahun 1990, DIII Teknik Mesin di Universitas Diponegoro Semarang tahun 1994, S1 Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 1997. Berbagai pengalaman kerja dijalani mulai dari mengajar di STM BHINNEKA Patebon Kendal tahun ajaran 1998/1999. Staff Umum di Perusahaan Tambak dan Pembekuan Udang PT Seafer General Foods di KENDAL tahun 1999 – 2001. Mengelola Rental dan Pelatihan Komputer di Tembalang SEMARANG tahun 2002 – 2005. Staff sampai menduduki posisi Supervisor Regional Distribution Center / Kepala Gudang Wilayah di PT Columbindo Perdana / Columbia Cash and Credit tahun 2005 sampai PT tersebut bermasalah resign tanggal 1 April 2019.

Komentar

Posting Komentar