Langsung ke konten utama

Solusi Klaim Budaya Indonesia oleh Malaysia (Sebuah Kritik dan Saran)

 

Sampai saat ini Malaysia masih gaduh masalah budaya, konsep bernegara, identitas jati diri, juga bahasa kebangsaan. Ada kekhawatiran dari kaum Melayu Malaysia akan budaya terutama Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan akan pupus. Belum lama ini dalam sidang anggota Dewan Malaysia, setelah mempermasalahkan kosa kata “ketimbang” yang berasal dari KBBI, anggota Dewan Malaysia juga ricuh soal papan nama (papan tanda, Malaysia) yang masih menggunakan bahasa non Melayu. Dan banyak hal, sering anggota Dewan Malaysia membandingkan dengan yang ada di Indonesia.

Hal itu bertolak belakangan dengan halusinasi kaum Melayu Malaysia yang percaya akan propaganda Konsep Alam Melayu bahwa budaya dan Bahasa Melayu Malaysia mendunia. Konsep Alam Melayu yang tanpa sadar bertabrakan dengan Wawasan Nusantara dari Indonesia yang terkesan memperkuat sentimen anti-Indonesia. Juga sentimen anti-etnis lain (non Melayu), bahkan etnis lain di dalam negeri Malaysia sendiri. Sentimen anti-etnis lain juga etnis-etnis dari Indonesia karena pembentukan negara Malaysia menasbihkan sebagai bangsa Melayu. Semua etnis di Nusantara diklaim sebagai Melayu.

Konsep Alam Melayu dianggap tidak akurat karena mencakup wilayah yang lebih luas dari Semenanjung Malaya dan teritorial Malaysia pada umumnya. Sehingga juga memberi kesan bahwa Melayu Malaysia tidak merasa besar tanpa menyinggung apa yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dan studi lebih lanjut mengenai Konsep Alam Melayu secara lebih akurat. Diperlukan kejujuran tentang aspek sejarah yang mungkin tersembunyi atau terdistorsi untuk merekonstruksi sejarah dan identitas Malaysia yang lebih inklusif.

Kejujuran tentang aspek sejarah ini juga yang menjadi dasar Malaysia untuk pembentukan jati diri bangsa. Kejujuran keterkaitan suku-suku dari Nusantara, terutama dari wilayah Indonesia sekarang dengan orang Melayu Semenanjung. Migrasi dan interaksi suku-suka dari Nusantara ke Semenanjung Malaya terjadi asimilasi dengan berbagai kelompok etnis lainnya selama berabad-abad, sehingga identitas mereka menjadi lebih kompleks. Tanpa kejujuran itu, kalau Malaysia selalu mengikuti Indonesia dalam hal budaya dan konsep bernegara, kapan Malaysia mempunyai identitas jati diri sebagai sebuah bangsa tersendiri?

Indonesia lebih beruntung karena merdeka secara penuh, pembentukan konsep bernegara dan jati diri bangsa diciptakan oleh bapak bangsa (founding fathers) orang-orang Indonesia sendiri. Dalam pandangan netizen Indonesia, netizen dari kaum Melayu Malaysia dirasa hypokrit dalam hal jati diri bangsanya. Kaum Melayu di Malaysia merasa sebagai bangsa Melayu tetapi ingin juga meleburkan diri dengan kaum lain di Malaysia sebagai satu bangsa Malaysia.

Dalam konsep bernegara untuk membentuk satu bangsa, di Indonesia sudah terjadi hampir 100 tahun lalu, yaitu sebelum Indonesia merdeka. Malaysia perlu membangun identitas nasional yang unik dan berbeda dari Indonesia. Karena untuk mengangkangi apa yang sudah dibentuk di Indonesia, Malaysia tidak akan mampu, dan justru akan kelihatan tidak original Malaysia. Pembentukan identitas jati diri bangsa Malaysia memerlukan waktu dan usaha bersama dari semua kaum yang ada di Malaysia.

Dalam pembentukan jati diri bangsa yang efektif melalui pendidikan. Sebetulnya tidak terlalu menjadi masalah jika di Malaysia memakai system pendidikan vernakuler, asal ada mata pelajaran wajib tentang “Wawasan Kebangsaan” di semua jenjang pendidikan. Pendidikan “Wawasan Kebangsaan” itu selain memakai bahasa kebangsaan yaitu bahasa Melayu, juga berisi mengenai sejarah dan budaya yang inklusif, toleransi dan harmonisasi keragaman dari antar-etnis dan antar-agama. Sehingga terbentuk identitas nasional yang unik dan original Malaysia yang berbeda dari Indonesia.

Selain melalu pendidikan, media juga harus mendukung kampanye kolaborasi antara komunitas etnis yang berbeda. Dialog lintas budaya, seminar, dan workshop dapat membantu dalam membangun kesadaran kolektif terhadap keragaman yang ada. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman satu sama lain, juga mempromosikan kasih sayang serta rasa hormat antarbudaya.

Dalam pendidikan “Wawasan Kebangsaan” itu tentu harus digali dan dilestarikan warisan budaya masing-masing etnik, termasuk Melayu, Tionghoa, India, dan suku-suku lainnya. Dengan cara ini, Malaysia dapat memperkuat identitas nasional yang dinamis dan mencerminkan keberagaman masyarakatnya. Penekanan pada kegiatan seni dan festival budaya sebagai sarana unjuk diri sangat dianjurkan untuk menciptakan rasa bangga akan warisan lokal.

Di setiap negara tentu berusaha mempertahankan identitasnya di tengah pengaruh budaya asing yang semakin kuat. Dalam menghadapi tantangan itu, revisi dan inovasi dalam pendekatan terhadap pendidikan dan media adalah krusial. Perlu ada sinergi antara nilai-nilai tradisional dan modern agar generasi muda tetap memiliki akar budaya sambil bersikap global.

Dengan melakukan langkah-langkah ini, Malaysia bisa menciptakan identitas yang kuat dan mandiri, sekaligus mengurangi kecemasan tentang dominasi budaya negara tetangga. Pembentukan identitas jati diri bangsa Malaysia merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kesadaran, kejujuran, dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Dalam prosesnya, Malaysia tidak hanya mengukuhkan posisi dan budayanya, tetapi juga menjadi contoh bagi negara lain dalam menghadapi tantangan serupa di era modern ini.

Nang Nayoko Aji, terlahir dengan nama NAYOKO AJI di Blora Jawa Tengah nama panggilan Aji, sewaktu kecil dipanggil Nanang. Sering karena banyak teman yang namanya juga Aji jadi dipanggil Nayoko. Masa kecil sampai Lulus SMA tinggal bersama orang tua di Kelurahan yang juga merupakan Kota Kecamatan Ngawen Kabupaten BLORA. Menyelesaikan pendidikan TK, SD, SMP di Ngawen, SMA di SMAN 1 Blora tahun 1990, DIII Teknik Mesin di Universitas Diponegoro Semarang tahun 1994, S1 Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 1997. Berbagai pengalaman kerja dijalani mulai dari mengajar di STM BHINNEKA Patebon Kendal tahun ajaran 1998/1999. Staff Umum di Perusahaan Tambak dan Pembekuan Udang PT Seafer General Foods di KENDAL tahun 1999 – 2001. Mengelola Rental dan Pelatihan Komputer di Tembalang SEMARANG tahun 2002 – 2005. Staff sampai menduduki posisi Supervisor Regional Distribution Center / Kepala Gudang Wilayah di PT Columbindo Perdana / Columbia Cash and Credit tahun 2005 sampai PT tersebut bermasalah resign tanggal 1 April 2019.

Komentar

  1. Semua bangsa tdk punya sejarah asal usul kecuali keturunan nabi Adam, mengembalikan identitas sebuah bangsa hrs mengacu pada dasar2 agama yang yg dibawa oleh nabi adam sampai agama yng disempurnakan yaitu islam pilihan terakhir yg hrs dipilih orang Melayu ketika ingin mengembalikan identitasnya yg sesuai dengan fitroh dan memuaskan hati dan permanen

    BalasHapus
  2. Yuk lestarikan bahasa daerah, bangga berbahasa Indonesia yang baik dan benar sambil belajar bahasa asing. Saya sendiri guru bahasa asing, dari suku Jawa yg tinggal di Jawa Tengah. Saya bangga ketika melihat murid saya yg cas cis cus berbahasa Inggris, ternyata mahir berbahasa Jawa krama kepada orang-orang yg dituakan.

    BalasHapus

Posting Komentar