Langsung ke konten utama

Pertengkaran Antara Saudara Kandung

 


 


“Tri.. ayo pulang!” Kak Eko kakakku menarik tangan Tri adikku yang masih asyik bermain mengejar capung sampai Tri terseret.

“Kenapa sih Kak, Tri baru main juga.” Gantian aku yang menarik tangan kiri Kak Eko agar tidak terlalu kencang menarik tangan Tri.

“Kamu itu, nggak jagain adik malah ikut main sendiri!” Gantian Kak Eko memelototiku.

Kita tiga bersaudara cowok semua. Orang tuaku menamai kita bertiga dengan nama sederhana yaitu Eko, Dwi, Tri.

Kakakku yang baik, dominan juga bertanggung jawab pada adik-adiknya, tapi selalu menuntut adik-adikya sesempurna dirinya.

Posisi aku yang anak kedua dari tiga bersaudara menjadi aku merasa yang paling sempurna, punya kakak dan punya adik. Aku yang sering berusaha mengerti keinginan kakak dan adikku, lebih bisa kompromi, mandiri, mau mendengar. Karena diposisi itu juga aku sering menjadi penengah antara kakak dan adikku.

Dan adikku, anak bungsu yang pastinya punya sifat manja membuatnya menjadi sedikit egois dan manipulatif tapi juga sangat kreatif dibanding kakak-kakaknya.

Bertengkar dengan saudara kandung justru membuat hidup jadi lebih berwarna dan menjadi memori yang enggak bisa dilupakan. Berkelahi dengan saudara kandung sebenarnya membantu kita memiliki kemampuan manajemen konflik, mengembangkan keterampilan sosial, pertumbuhan emosional maupun mental yang baik karena membuat kita berfikir untuk menjadi orang yang lebih baik. Mengenalkan kita bagaimana harus mentolerir perasaan negatif.

Orang tua memainkan peranan penting dalam mengatasi persaingan antar anak, mengarahkan pertengkaran menjadi hal yang positif bagi perkembangan anak. Pertengkaran pada anak dipicu oleh kecemburuan. Kecemburuan ini bahkan dimulai saat sang adik masih dalam kandungan. Dengan sebagian besar perhatian orang tua terpusat pada bayi yang baru dilahirkan, saudara yang lebih tua mungkin mulai merasa diabaikan. Sang kakak sudah mulai merasa tidak menjadi pusat perhatian orang tua.

Pertengkaran antar saudara kandung pada anak selain karena kecemburuan, fase berikutnya terjadi karena adanya persaingan dalam mendapatkan perhatian, berebut kasih sayang orang tua, berebut barang dan lain sebagainya. Juga sering terjadi karena tanpa sengaja orang tua membanding-bandingan antara anak-anaknya dan anak merasa perlakuan yang tidak adil dari orang tua.

Orang tua sejak dini harus menerapkan pola asuh yang baik dan adil. Berikan perhatian khusus pada tiap anak. Hindari mengistimewakan pada salah satu anak. Jangan paksa anak berbagi. Biasakan kompromi ketika anak bertengkar. Terapkan peraturan yang sama pada masing-masing anak. Jadilah panutan bagi anak.

Orang tua perlu menghargai kekuatan setiap anak dan membantu mereka mengasahnya. Orang tua harus ada waktu yang cukup secara individual dengan masing-masing anak sehingga tidak ada yang merasa diabaikan. Orang tua tidak perlu ikut campur pertengkaran kecil yang terjadi antara anak-anaknya. Membiarkan anak-anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang tua cukup ikut campur tangan jika segala sesuatunya berjalan diluar kendali.

Dengan cara ini, anak-anak akan secara bertahap menemukan diri mereka sendiri, belajar bagaimana menangani krisis. Konflik saudara kandung meningkat terutama pada remaja, ketika anak mengalami perubahan hormon dan fisik. Namun, secara bertahap berkurang seiring bertambahnya usia menjadi lebih dewasa.

Banyak faktor yang melatar belakangi pertengkaran saudara kandung saat dewasa. Faktor pertama yang dapat membuat kakak adik bertengkar adalah pembuktian diri. Ini karena sejak kecil disepelekan meski orang lain tidak menyadari hal itu. Faktor-faktor lain berikutnya yaitu perbedaan selera yang dimulai saat remaja, pendidikan dan pekerjaan yang sangat berbeda, pengaruh pasangan hidup, dan perbedaan status sosial. Akan lebih susah memang untuk memperbaiki hubungan yang rusak dimasa dewasa ketimbang masa kecil. Sebab, sudah ada campur tangan gengsi dalam hal ini.

Begitupun yang terjadi diantara kita bertiga. Drama-drama yang terjadi diantara kita bertiga berlanjut hingga dewasa kini. Perselisihan yang terjadi diantara kita bertiga silih berganti. Namun semua itu masih terbantu dengan adanya komunikasi yang baik diantara kita. Jika diantara kita ada dua orang yang sedang berselisih, pasti salah satu yang tidak berselisih bisa membantu meredakan suasana.

Sering pertengkaran diantara kita dimulai dari kesalahpahaman yang sepele. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Yang akhirnya saling diam. Setelah itu, satu diantara kita yang tidak berselisih selalu bisa mencairkan komunikasi.

Seperti permainan kita bertiga sewaktu masih kecil, kita sering bermain puzzle bersama. Dan saat telah dewasa kinipun kita bertiga masih bermain dengan puzzle kehidupan nyata. Meski sering berbeda pendapat kita masih saling membantu untuk menyusunnya.

Pertengkaran kakak beradik terkadang memang tidak bisa dihindari, oleh sebab itu sikapilah dengan bijak. Kita akan belajar mengalah, mengakui kesalahan, memaafkan, mengikhlaskan, berargumen, menyuarakan kebenaran, karena biasanya pertengkaran antar saudara menggunakan sistem saling tuduh. Itu semua akan membuat kita jadi seseorang yang lebih baik dalam menghadapi masalah lainnya.

Sebagian besar para saudara kandung yang bertengkar akan berupaya untuk menyelesaikan suatu masalah dengan argumen secara lisan memungkinkan kita memperoleh kesempatan untuk menguasai kemampuan mental dan kesadaran kita, membantu untuk tumbuh jadi individu yang cerdas serta mampu menghargai saudara.

Oleh karena itu komunikasi yang baik dengan saudara kandung sangat diperlukan dalam meredakan pertengkaran. Tidak adanya komunikasi yang baik, merasa tidak diperlakukan secara adil memiliki resiko menderita depresi akibat pertengkaran antar saudara kandung. Akibat dari depresi dan kecemasan tersebut justru memicu perlawanan hingga terjadi pertengkaran.

Selain dengan komunikasi yang baik, pertengkaran antar saudara kandung bisa diperbaiki selama masih ada kenangan dan rasa sayang. Intinya seperti apapun karakter saudara, yang terpenting adalah penerimaan kita terhadapnya, tak ada manusia yang sempurna, tak ada guna mencari kesalahan orang lain, bagaimanapun juga keluarga tetaplah keluarga, tempat awal kita belajar banyak hal. Mari kita coba untuk saling menerima dan membenahi diri. Saling membantu menyusun puzzle dalam kehidupan nyata.

"Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia -bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat- daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahmi." (HR Abu Daud).

 

Referensi :

https://kumparan.com/millennial/studi-berkelahi-dengan-saudara-bisa-bikin-kamu-jadi-lebih-baik-1rwB9B6Ctvu/2

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/12/091500220/pertengkaran-antara-saudara-kandung-bagaimana-mengatasinya?page=all

Nang Nayoko Aji, terlahir dengan nama NAYOKO AJI di Blora Jawa Tengah nama panggilan Aji, sewaktu kecil dipanggil Nanang. Sering karena banyak teman yang namanya juga Aji jadi dipanggil Nayoko. Masa kecil sampai Lulus SMA tinggal bersama orang tua di Kelurahan yang juga merupakan Kota Kecamatan Ngawen Kabupaten BLORA. Menyelesaikan pendidikan TK, SD, SMP di Ngawen, SMA di SMAN 1 Blora tahun 1990, DIII Teknik Mesin di Universitas Diponegoro Semarang tahun 1994, S1 Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 1997. Berbagai pengalaman kerja dijalani mulai dari mengajar di STM BHINNEKA Patebon Kendal tahun ajaran 1998/1999. Staff Umum di Perusahaan Tambak dan Pembekuan Udang PT Seafer General Foods di KENDAL tahun 1999 – 2001. Mengelola Rental dan Pelatihan Komputer di Tembalang SEMARANG tahun 2002 – 2005. Staff sampai menduduki posisi Supervisor Regional Distribution Center / Kepala Gudang Wilayah di PT Columbindo Perdana / Columbia Cash and Credit tahun 2005 sampai PT tersebut bermasalah resign tanggal 1 April 2019.

Komentar

  1. Tulisan bagus,pakbro. Ditunggu tulisan-tulisan selanjutnya. 😊👍👍

    BalasHapus
  2. Artikel yang sangat bermanfaat. Terima kasih. Salam kenal dari orang Madiun yang nyangkut di Balikpapan

    BalasHapus
  3. Iya Kak, senang bisa ketemu jenengan

    BalasHapus

Posting Komentar